Pada tahun 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yang terdiri dari para tokoh-dengan berbagai bidang profesi-yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering mangkal di rumahnya.
Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya. Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.
Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.
A. Kelahiran Manusia Tidak Kuasa. Memilih Kelahiran adalah awal dari kehidupan manusia dan tidak kuasa untuk memilih. Kelahiran harus dilihat sebagai berkah yang sangat mulia, kesempatan emas, keberuntungan dan kebahagiaan...karena hak terbesar yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa: bahwa manusia memilih apa yang hendak ia lakukan...Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang majemuk atau prulalistik dengan beragam suku, ras, adat istiadat, bahasa dan juga kepercayaan atau agama. Meski ada perbedaan, namun masyarakat Indonesia bisa hidup rukun dan damai. Memang terkadang masih sering terjadi gesekan-gesekan di masyarakat, namun itu merupakan kepentingan-kepentingan orang tertentu yang mengorbankan kepentingan anak bangsa.
B. Kebersamaan, Pilar Kebesaran Bangsa
Sebagai bangsa yang prulalis maka pemikiran bahwa kelompok mayoritas harus selalu diikuti dan kelompok minoritas harus tunduk kepada mayoritas, harus dibuang jauh-jauh! Demikian juga kelompok minoritas jangan menjadi tirani bagi mayoritas, Sebaiknya, kekuatan besar harus mengayomi / melindungi yang lemah, karena kita satu bangsa.
C. Hati Manusia
Hati manusia diliputi oleh keserakahan (Lobha), kebencian, iri hati, kekecewaan (Dosa), kebodohan (Moha), dll. Sehingga sampai saat ini belum adanya tekad yang besar untuk membangun bangsa. Ini menjadi masalah besar bangsa, sehingga karya besar Tuhan YME yang menakdirkan kita sebagai satu bangsa, sampai saat ini belum bekerja untuk kemakmuran bangsa dan negara, yang dipikirkan hanya untuk memperkaya diri...Sehingga menyedihkan budaya bangsa Indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong-royong, sopan santun, kebersamaan...Saat sekarang terlihat menjadi budaya masyarakat yang cepat tersinggung, mudah marah, individualisme dan anarkis.
D. Tokoh Teladan
Membangun moralitas dan karakter bangsa dibutuhkan sosok yang bisa menjadi panutan dan teladan bagi siapa pun yang merasa dan menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia. Seorang tokoh yang bisa membawa perdamaian, ketentraman dan menjadi perekat bangsa yang prulalis ini. Sosok tokoh yang tegas, berwibawa, pemberani serta bisa membawa bangsa ini lepas dari degradasi moral dan terjangan badai dunia.
Salah satu tokoh ini adalah (alm) KH. Abdurahman Wahid. Beliau adalah bapak bangsa yang telah berjasa dalam meletakkan dasar fundamental keberagaman bangsa ini. Walaupun hanya "seumur jagung" dalam memerintah, tetapi beliau telah membuat perubahan besar dan warna yang berbeda dari pemimpin-pemimpin bangsa terdahulunya. Beliau meletakkan dasar yang kuat terbentuknya sebuah negara yang prulal, tempat berkembangnya suku, agama, ras dan adat istiadat dengan penuh kedamaian dalam "Rumah Besar" Pancasila.
Beliau adalah tokoh luar biasa dengan kecerdasaannya banyak mengeluarkan pandangan-pandangan yang cemerlang. Contoh, "gitu aja kok repot". Jargon ini mengandung makna dan maksud yang sangat dalam sekali. Mengajarkan agar setiap orang hidup secara sederhana dan berfikir jangan terlalu susah. Jangan membuat masalah kecil menjadi besar dan besar menjadi kecil. Jangan pula membuat masalah yang seharusnya mudah menjadi susah.
E. Enam sikap Keharmonisan, Membangun Kebersamaan
Kebersamaan untuk membangun bangsa diperlukan keteladanan dan kebersamaan dari para tokoh formal maupun informal (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, Lembaga Tertinggi Negara, Mahkamah Konstitusi, Tokoh Nasional maupun tokoh lintas agama, dan seluruh elemen masyarakat...ayah, ibu, dll)
Cita-cita luhur ini baru bisa tercapai jika kita semua mau menjalankan kewajiban kita masing-masing dengan senang hati, dan menyadari bahwa saat sekarang dibutuhkan sebuah tindakan nyata bukan teoritis saja. Enam sikap keharmonisan:
1. Saling hormat menghormati sesuai kedudukan dan tanggungjawabnya masing-masing
2. Dalam berbicara menjaga sikap dan tindakan jangan saling menjatuhkan
3. Bersama-sama memotivasi memotivasi pikiran untuk kemajuan bangsa
4. Bersama-sama belajar dan menjalankan kewajiban yang terbaik untuk bangsa
5. Ada masalah dimusyawarahkan untuk mengambil keputusan yang terbaik
6. Ada keuntungan dinikmati bersama untuk bangsa
You have read this article motivasi /
Tokoh
with the title Gusdur Tokoh paling fenomenal di Indonesia. You can bookmark this page URL http://elachelle89.blogspot.com/2011/02/gusdur-tokoh-paling-fenomenal-di.html. Thanks!