Andri Wongso, motivator…
Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.
Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”
Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.
Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.
Pembaca yang budiman,
Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil. Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat. Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain.
Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.
Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.
Jadilah diri sendiri! Be your self!
Salam sukses luar biasa!!!
hmm… kalo dipikir”, bener juga, ya. Lebih baik tidak terlihat, tapi NYATA berguna, daripada selalu berusaha terlihat [baca : eksis], tapi malah ga berguna sama sekali, dan lama” malahan ngga terlihat sama sekali. Buat apa berharap jadi orang lain? Buat apa sibuk mengagumi potensi orang lain [secara berlebihan sampe fanatik]? Buang-buang waktu aja.
Kan bakal lebih berguna kalo kita mulai eksplore kelebihan kita sendiri.. toh, semua orang pasti punya kelebihan, punya potensi. Itu mah pinter-pinternya kita aja menggali potensi diri. Oke, deh. Pasti ada ‘orang’ di sekitar kita yang jauh lebih baik dari kita. Banyak, malah. Tapi, kita harus yakin kalo kita juga bisa sehebat ‘mereka’.
Inget konsep “Mind’s Power”ga? atau inget motto perusahaan Honda [ The Power of Dream], ga? Kita bisa menjadi apa yg kita inginkan dan pikirkan [dengan usaha tentu aja]. Inget! Ga ada 1 pun di dunia ini yang diciptakan dengan sia-sia. Bahkan setitik debu bisa ngasih makan banyak orang [tukang sapu, pabrik vaccum cleaner, dll].
naonc, jadi ngalor-ngidul ngomong teh.. heuheu.. udah ah.. ngantugh..
Entry Filed under: coratcoret, tokoh? mm... and tagged: inspirator, motivator
Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.
Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”
Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.
Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.
Pembaca yang budiman,
Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil. Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat. Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain.
Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.
Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.
Jadilah diri sendiri! Be your self!
Salam sukses luar biasa!!!
hmm… kalo dipikir”, bener juga, ya. Lebih baik tidak terlihat, tapi NYATA berguna, daripada selalu berusaha terlihat [baca : eksis], tapi malah ga berguna sama sekali, dan lama” malahan ngga terlihat sama sekali. Buat apa berharap jadi orang lain? Buat apa sibuk mengagumi potensi orang lain [secara berlebihan sampe fanatik]? Buang-buang waktu aja.
Kan bakal lebih berguna kalo kita mulai eksplore kelebihan kita sendiri.. toh, semua orang pasti punya kelebihan, punya potensi. Itu mah pinter-pinternya kita aja menggali potensi diri. Oke, deh. Pasti ada ‘orang’ di sekitar kita yang jauh lebih baik dari kita. Banyak, malah. Tapi, kita harus yakin kalo kita juga bisa sehebat ‘mereka’.
Inget konsep “Mind’s Power”ga? atau inget motto perusahaan Honda [ The Power of Dream], ga? Kita bisa menjadi apa yg kita inginkan dan pikirkan [dengan usaha tentu aja]. Inget! Ga ada 1 pun di dunia ini yang diciptakan dengan sia-sia. Bahkan setitik debu bisa ngasih makan banyak orang [tukang sapu, pabrik vaccum cleaner, dll].
naonc, jadi ngalor-ngidul ngomong teh.. heuheu.. udah ah.. ngantugh..
Entry Filed under: coratcoret, tokoh? mm... and tagged: inspirator, motivator
You have read this article motivasi /
Tokoh
with the title Andri Wongso, motivator…. You can bookmark this page URL http://elachelle89.blogspot.com/2011/10/andri-wongso-motivator.html. Thanks!