Hachikō, Hachikō, dan Hachikō. Percaya atau tidak seekor anjing akan menang melawan manusia dalam segi kesetiaan, tidak pernah ada isitilah menikam dari belakang. Ya mungkin sudah ada beberapa kisah tentang kesetiaan anjing pada majikannya seperti Greyfriars Bobby dan Old Shep yang selalu setia hingga ajal menjemputnya, ini juga yang dialami oleh Hachikō. Mungkin beberapa dari kita cukup asing mendengar nama Hachikō, tapi bagi masyarakat Jepang siapa yang tak kenal Hachikō?
Ya, anjing jantan jenis Akita Inu itu telah terkenal disemua kalangan bahkan telah dijadikan pelajaran di sekolah dasar. Apa itu akita inu? Akita inu itu bisa dibilang salah satu jenis anjing dari anjing trah jepang. Oh. tapi apa itu anjing trah Jepang? itu adalah sebutan bagi anjing lokal yang sudah ada sejak jaman dahulu. Ok kembali lagi kepada Hachikō. Anjing jenis Akita Inu ini lahir di Odate dengan nama Hachi. Hachikō sendiri telah dijadikan sebagai simbol kesetiaan anjing pada majikannya dan diberi julukan Chūken Hachikō atau bila diartikan adalah Hachikō Anjing yang Setia, bahkan karena kesetiaanya telah dibuat patung perunggu Hachikō di depan stasiun Shibuya, Jepang.
Hachi, lahir di Odate pada tanggal 10 November 1923 dari seorang Ibu bernama Goma-go yang dinikahi seekor anjing jantan bernama Ōshinai-go. Awalnya Hachi adalah milik keluarga Giichi Saitō, namun pada tanggal 14 Januari 1924 dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu, ia dibawa ke Tokyo. Mungkin dari sinilah cerita asal usulnya kesetian Hachikō ada.
Ok itu dia sekilas profile dari Hachikō, namun sy yakin bagi kalian yang mengetahui Hachikō pun belum tentu mengetahui siapa itu Hidesaburō Ueno. Ya, tokoh utama selain Hachikō adalah Professor Hidesaburō Ueno, seorang dosen ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Dialah yang kita sebut-sebut sebagai majikan Hachikō itu sendiri. Jadi begini ceritanya, setiap pagi ketika Professor Ueno akan berangkat bekerja, Prof. Ueno akan selalu pergi ke Stasiun Shibuya karna kebetulan tempat kerjanya ada di sisi lain kota Tokyo. Dan disaat itulah, ketika Prof. Ueno pergi ke stasiun Shibuya setiap paginya Hachi dengan setianya mengantarkan Prof. Ueno dari depan gerbang rumahnya hingga depan gerbang stasiun Shibuya. Dan ketika hari mulai beranjak sore tepatnya petang Hachi akan kembali ke stasiun Shibuya untuk menjemput Prof. Ueno sang majikan tercintanya, bagaikan orang tua yang mengantar dan menjemput anaknya. Hal itu terus berlanjut hingga hampir satu tahun lamanya.
Namun pada tanggal 25 Mei tahun 1925, dikatakan Prof. Ueno terkena Cerebral Hemorrhage atau supaya lebih mudah dipahami kita katakan saja ia terkena suatu penyakit(cerebral hemorrhage) yang menyebabkan ia terkena stroke. Dan pada saat itu, setelah ia menghadiri rapat di kampusnya Prof. Ueno harus meninggalkan dunia, keluarganya dan lebih sedihnya lagi ia harus meninggalkan Hachi tanpa pernah bertemu dengannya dulu.
Pada petangnya masih ditanggal yang sama, seperti biasa Hachi si anjing Akita Inu pun menjalankan aktivitasnya seperti biasa, ia pergi ke depan gerbang stasiun Shibuya untuk menjemput majikan tercintanya. Namun bagaimanapun Prof. Ueno sudah tidak bisa bertemu Hachi lagi, bagaimanapun Prof. Ueno sudah meninggal. Hachi yang tidak tahu dan tidak mengerti apapun yang terjadi hanya bisa menunggu di depa stasiun Shibuya dengan segala kepolosannya sebagai Anjing.
Esok harinya, ketika hari sudah mulai sore, dimana waktu menunjukkan jam-jam kepulangan Prof. Ueno, Hachi pun pergi ke stasiun Shibuya berharap hari ini ia akan mendapati sosok Prof. Ueno di antara kerumunan orang yang turun dari kereta api. Namun apa daya? bagaimanapun Prof. Ueno sudah meninggal dan tak mungkin pulang bersama lagi dengan Hachi.. Besoknya tanpa perasaan sedih, kecewa ataupun bosan Hachi pergi lagi ke Stasiun Shibuya, begitu pun hari-hari selanjutnya. Hingga berlangsung sampai bertahun-tahun lamanya ia terus menunggu kedatangan Prof. Ueno yang tak mungkin turun dari kereta.
Hachi sempat tidak disukai oleh siapapun, bahkan ia kerap diperlakukan kasar oleh orang-orang di stasiun Shibuya. Hachi pernah dititipkan pada kerabat dari istri Prof. Ueno yang memiliki toko Kimono. Namun prilaku Hachi yang meloncat-loncat menyambut pembeli yang datang tidak disukai alhasil Hachi harus pindah lagi. Kali ini ia dititipkan pada kerabatnya yang lain, namun pertengkaran malah terjadi dengan hadirnya Hachi, maka ia pun harus angkat kaki dari sana. Lalu ia dititipkan pada putri angkat Prof. Ueno, namun karena sering merusak sayuran yang berada di ladang tempatnya sering bermain, kembali ia harus pindah rumah. Akhirnya, pada tahun 1927 saat musim gugur, Hachi dititipkan lagi. Kali ini pada tukang kebun keluarga Ueno sendiri, Kikusaburo Kobayashi yang rumahnya kebetulan cukup dekat dengan stasiun Shibuya. Dan saat itu, Hachi kembali hilir mudik ke stasiun Shibuya menunggu kepulangan Prof. Ueno. Sungguh sedih bahkan di film Hachi, yang berjudul Hachikō : A Dog's Story seseorang berkata pada Hachi "You don't have to wait anymore, he's not coming back"
Salah seorang peneliti Anjing, Hirokichi Saitō tertarik dengan kisah Hachi yang selalu setia menunggu majikannya. Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō. Dan pada tahun 1933, Hachikō dibuatkan patung perunggu berbentuk dirinya oleh seorang pematung bernama Teru Andō dan diresmikan di depan Stasiun Shibuya pada bulan April 1934 yang dihadiri sekitar 300 orang dan tentunya disaksikan oleh Hachikō sendiri.
Namun pada tanggal 8 Maret diumur Hachikō yang sudah 13 tahun, Hachikō terpaksa menyudahi kegiatan menjemput Prof. Ueno di stasiun Shibuya karena pada saat itu ia ditemukan sudah tidak bernyawa dijalan dekat Jembatan Inari karena terkena penyakit Filariasis, sejenis penyakit menular yang diakibatkan infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit. Ia dimakamkan di sebelah pemakaman Hidesaburō Ueno atau Prof. Ueno, upacara perpisahan yang dilakukan layaknya seorang Manusia, dihadiri oleh banyak pengunjung termasuk istri Prof. Ueno. Semua harus bersedih karena Hachikō telah meninggalkan dunia.
Bahkan kesetiaanya terhadap Prof. Ueno terus ia bawa hingga ajal menjemputnya.
Mungkin kesetian anjing melebihi kesetiaan seorang manusia...
Hachikō...
Terimakasih dan semoga bermanfaat
di kutip dari
coretan kehidupan
You have read this article kesetiaan
with the title "Hachikō" Tentang Kesetiaan. You can bookmark this page URL http://elachelle89.blogspot.com/2010/05/tentang-kesetiaan.html. Thanks!